Berjuang Akan Membawa Saya Sejauh yang Saya Inginkan
Posted in PahlawanMereka bisa bangkit dan meraih prestasi yang sangat membanggakan. Bahkan prestasi mereka ini dapat dikatakan melebihi manusia dengan fisik normal pada umumnya. Ini juga dapat memberi pelajaran kepada kita bahwa sebenarnya keterbatasan bukanlah penghalang yang berarti dalam kehidupan ini. Namun tekad dan semangat lah yang sangat penting untuk ada dalam diri kita keterbatasan fisik,ekonomi ataupun keterbatasan yang lain nya mereka sudah buktikan kalo mereka itu bisa !!
Percaya tak percaya dari keterbatasan mereka inilah mereka buktikan kalo mereka memang pahlawan untuk dirinya seperti hal nya semangat pahlawan yang tak pernah lelah dan selalu bekerja keras demi dirinya dan untuk orang lain.
Berikut ini contoh pahlawan di zaman sekarang yang berprestasi walau dengan keterbatasan:
1.Faisal Rusdi
Faisal Rusdi menyandang penyakit celebral palsy (CP) sejak bayi. Karena keterbatasan itu, ia mengalami banyak diskriminasi. Namun Faisal tak pernah menyerah. Selain menjadi aktivis penyandang disabilitas, ia kini pelukis anggota Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA), organisasi internasional pelukis dengan kaki dan mulut.
Ia lahir di Bandung, 2 November 1974. Sejak kecil Faisal menderita celebral palsy. Karena keterbatasan itu, ia disekolahkan di Sekolah Luar Biasa D1 Yayasan Pembinaan Anak Cacat Bandung. Artinya, ia dikategorikan sebagai penyandang disabilitas tubuh dan mental. Pembedaan ini membuat Faisal merasa tersingkir. Pasalnya, siswa SLB D dipersiapkan masuk ke sekolah umum. Sedangkan siswa SLB D1 seperti Faisal hanya diberi keterampilan. Alasannya, penyandang disabilitas tubuh dan mental tidak bisa menangkap materi pelajaran.
Faisal kemudian mengasah kemampuan seninya di Sanggar Lukis Rangga Gempol, Bandung. Sanggar itu milik pelukis terkenal almarhum Barli. Namun, seperti halnya di YPAC, di sanggar ini juga Faisal mengalami diskriminasi. Dia dianggap tidak mampu mencerna materi kursus yang diberikan seperti peserta lain. Karena itu Faisal selalu belajar sendiri dalam satu ruangan. Dia merasa kembali dipinggirkan keadaan, tapi tidak berdaya. “Kenapa saya harus dibedakan dari yang lain? Kalau saya memang tidak bisa, ya sudah. Tapi paling nggak saya dikasih kesempatan yang sama dengan anak-anak lain,” katanya.
Setelah merasa biasa dan mampu melukis menggunakan mulut, pada tahun 2001 Faisal mendaftar menjadi anggota AMFPA. Dia mengirimkan beberapa lukisan ke AMFPA yang berpusat di Swiss. Jawaban permohonan tersebut baru terjawab tahun 2002. Faisal diterima menjadi student member AMFPA.
2. Irma Suryati
Salah satu penderita keterbatasan fisik dari Kabupaten Kebumen Jawa Tengah, saat kali pertama menjejakkan kaki di Ibu Kota. Kala itu, di Tahun 2007, Irma membulatkan tekadnya untuk menjajakan hasil kerajinan berupa keset dari kain perca hasil buah tangan sesama penyandang cacat dari desanya. Dengan berbekal tekad dia jajakan dagangan hasil karya sebanyak 3 karung di pasar Tanah Abang,Jakarta. Sampai suatu ketika tidak sengaja membaca koran , ternyata ada pengumuman lomba kewirausahaan muda tingkat nasional di Tahun 2007 yang tempat pendaftarannya di Universitas Indonesia dan Kantor Kemenpora. Akhirnya, setelah selesai jualan keset saya nekat mendaftar ke Universitas Indonesia.
Sesampainya di tempat pendaftaran, Irma masih mendapat rintangan lain, lantaran lomba tersebut hanya boleh diikuti kalangan yang memiliki gelar minimal sarjana. Irma yang hanya lulusan SMA pun tak menyerah. Dia membujuk panitia untuk mempertemukannya dengan ketua panitia. Saat itu saya akhirnya dipertemukan dengan Ibu Nining Susilo, mungkin karena tidak tega melihat saya. Dia memberikan syarat kepada saya, jika ingin ikut harus menjadi binaan UKM Universitas Indonesia. Syarat itu saya terima dan akhirnya berhasil meraih juara I dalam Lomba Kewirausahaan Muda Nasional Tahun 2007 oleh Kemenpora.
Kegemaran nya dalam mengkreasikan kain perca memang sejak sekolah sudah ditekuninya. Diakuinya, keinginan membuka usaha pembuatan keset dari kain perca diawali dari keputusasaannya lantaran tak ada perusahaan yang mau menerimanya bekerja. Walau mengalami polio, Irma tak kenal menyerah dalam menggapai sesuatu yang diyakininya.
3.David Jacobs
David memiliki kekurangan fisik pada jari-jari tangan kanannya sejak lahir. David yang telah mengenal tenis meja sejak usia 10 tahun itu, memang mendapat dukungan dari orang tuanya. Dukungan itu memotivasi David untuk bukan hanya menyukai tenis meja melainkan mengukir prestasi dengan mengikuti berbagai kejuaraan walau harus mencari sponsor sendiri. Atlet berusia 35 tahun itu akhirnya dapat mengharumkan nama Indonesia di kancah olahraga Internasional, Seperti di SEA Games 2001 dan 2005, Asian Para-Games 2010, Asian Para-Games 2011, hingga di Olimpiade khusus keterbatasan fisik (Paralympic) di awal September lalu di London, Inggris.
David berhasil meraih medali perunggu di cabang tenis meja.David Jacobs yang awalnya menempati peringkat 40 dunia kelas 10, rankingnya perlahan–lahan dapat naik ke urutan 20 dunia hingga akhirnya kini menjadi peringkat 3 dunia.
From Zero To Hero
0 komentar: